Pamali. Satu kata ini pastinya sudah sering anda dengar. Kalau
ditanya arti dari pamali, sebagian besar juga pasti akan menjawab dengan
kalimat yang kurang lebih sama. Pamali yang juga dikenal dengan
pantangan atau larangan, sudah tumbuh selama bertahun-tahun, bahkan
turun temurun sejak jaman dahulu.
Seringkali,
pamali itu dikaitkan dengan hal-hal berbau mistis atau supranatural.
Misalnya, anda akan lebih cepat tua jika suka mandi di siang hari. Atau,
anda akan mendapat pasangan yang buruk rupa jika anda tidak menyapu
rumah dengan bersih.
Secara logika, mungkin tidak masuk di akal bagaimana hal-hal atau
akibat-akibat buruk tersebut bisa terjadi? Saya pribadi berpendapat,
orang tua jaman dulu ingin melatih anak-anaknya untuk memiliki
kepribadian yang sopan. Seperti pamali yang saya sebutkan di atas,
logikanya, jika mandi di siang hari, bukankah pemborosan? Sebaiknya
nanti saja saat sore, setelah beraktivitas banyak akan lebih baik.
Namun tak bisa dipungkiri jika pamali atau mitos seperti itu masih
tetap tumbuh di Indonesia yang memang nenek moyangnya banyak memiliki
kepercayaan yang bersifat klenik. Namun, tahukah anda bahwa ternyata
pamali tidak hanya dikenal di Indionesia saja. Di luar negeri, yang
mayoritas masyarakatnya sudah lebih maju pun mengenal istilah pamali,
atau yang biasa mereka sebut Superstition.
Misalnya, di Inggris, pamali jika anda berjalan di bawah tangga.
Konon, akibatnya anda akan tertimpa kesialan yang parah. Namun,
logikanya, bisa saja tangga itu adalah bangunan tua yang rapuh, dan anda
akan tertimpa tangga itu. Kesialan bukan?
Ada lagi di Jepang yang menabukan bertukar tas dengan orang lain.
Akibatnya masih sama, anda akan mendapat kesialan. Di Jepang juga
dipercaya, jika anda berfoto dalam jumlah ganjil, yang di tengah akan
mati. Hal tersebut mungkin berkaitan dengan kepercayaan Friday The 13th,
dimana jika anda berfoto ramai-ramai berjumlah 13 orang, maka salah
satunya akan mati, sehingga jumlahnya menjadi 12 orang saja.
Di Korea lebih ekstrim lagi. Jangan menulis dengan tinta berwarna
merah. Karena tinta warna merah sangat berkaitan dengan kematian. Namun,
secara tata krama, menulis dengan warna merah memang dianggap tidak
sopan di negara-negara Asia, khususnya Asia timur dan tenggara.